Edisi 1643
————–
Tauhid, buah dan faidahnya sangat banyak, tak terhitung jumlahnya. 6 di antara buah dan faidah merealisasikan tauhid:
1) Semua kebaikan yang diraih dan semua keburukan yang dijauhkan di dunia maupun akhirat adalah buah dan pengaruh tauhid
2) Sebab kemenangan dan ketinggian derajat di dunia dan akhirat;
3) Sebab masuk surga dan selamat dari azab dan murka Allah
4) Sebab terbesar lapangnya hati;
5) Allah menjamin ahli tauhid akan memperoleh kemuliaan dan pertolongan
6) Membuka pintu kebaikan, kebahagiaan, dan ketenangan
—————–
Tauhid memiliki buah dan faidah yang sangat banyak dan tidak bisa dihitung jumlahnya. Hal ini telah diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya (yang artinya),
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (yaitu kalimat tauhid, pent.) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Q.S. Ibrahim: 24-25).
Berikut ini hanyalah sebagian kecil dari buah dan faidah dari merealisasikan tauhid dalam kehidupan seorang hamba.
Pertama, semua kebaikan yang diraih dan semua keburukan yang dijauhkan di dunia maupun akhirat adalah buah dan pengaruh dari tauhid
Kalau kita melihat secara lebih detail tentang buah dari realisasi tauhid, di antara buah terbesarnya adalah membuat amal ibadah menjadi benar dan bernilai di sisi Allah. Tauhid-lah yang menyucikan amal seorang hamba dari noda-noda kemusyrikan. Amal ibadah -sebanyak dan sebesar apa pun itu- tidaklah bernilai atau sah, tidak juga diterima dari seorang hamba kecuali dengan tauhid. Kedudukan tauhid bagi amal ibadah seseorang itu bagaikan kedudukan pondasi bagi sebuah bangunan atau bagaikan kedudukan akar bagi sebuah pohon.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedang ia adalah mukmin (mentauhidkan Allah, pent.), maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (Q.S. Al-Isra’: 19).
Allah juga berfirman (yang artinya),
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman (mentauhidkan Allah, pent.), maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. An-Nahl: 97).
Jadi, tauhid adalah faktor utama yang menyebabkan amal seseorang menjadi sah, benar dan bernilai. Jika seseorang memiliki amal yang banyak dan besar, amal itu tidak akan Allah Ta’ala terima kecuali jika orang tersebut membangun amalnya di atas pondasi tauhid.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya, melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Q.S. At-Taubah: 54).
Juga firman-Nya (yang artinya),
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelum kamu, ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi’.” (Q.S. Az-Zumar: 65).
Kedua, tauhid adalah sebab kemenangan dan ketinggian derajat di dunia dan akhirat
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Baqarah: 5).
Hanya ahli tauhid saja orang-orang yang mendapatkan petunjuk dan orang-orang yang beruntung. Keberuntungan adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan terkumpulnya kebaikan. Artinya, orang yang beruntung adalah orang yang mengumpulkan kebaikan dunia dan akhirat. Kebaikan itu tidaklah bisa terkumpul dan diraih kecuali dengan tauhid dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Ta’ala.
Ketiga, tauhid adalah sebab masuk surga dan selamat dari azab dan murka Allah
Siapa saja yang bertemu menghadap Allah Ta’ala dalam kondisi bertauhid, niscaya akan masuk surga. Dan siapa saja yang menghadap Allah Ta’ala dalam kondisi berbuat syirik dan belum bertaubat, niscaya dia akan masuk neraka dan kekal di dalamnya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. An-Nisa’: 48).
Jika seseorang merealisasikan tauhid, namun dia terjerumus dalam dosa dan maksiat selain syirik, maka dia akan selamat dari kekal di neraka. Karena tidaklah kekal di neraka, kecuali orang-orang musyrik saja. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Allah Ta’ala memerintahkan malaikat untuk mengeluarkan dari neraka orang-orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun dan orang-orang yang Allah Ta’ala kehendaki untuk mendapatkan rahmat-Nya, yaitu orang-orang yang mengucapkan ‘laa ilaaha illallaah’.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Keempat, tauhid adalah sebab terbesar lapangnya hati
Sesuai dengan level kesempurnaan dan kuatnya tauhid dalam diri seseorang, maka sebesar itulah kelapangan hati yang akan didapatkan oleh seorang mukmin.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?” (Q.S. Az-Zumar: 22).
Juga firman-Nya (yang artinya),
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Q.S. Al-An’am: 125).
Hidayah dan tauhid adalah sebab terbesar lapangnya hati. Sebaliknya, syirik adalah sebab terbesar sempitnya hati seseorang.
Kelima, Allah menjamin ahli tauhid akan memperoleh kemuliaan dan pertolongan
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.S. An-Nuur: 55).
Keenam, tauhid akan membuka pintu kebaikan, kebahagiaan, dan ketenangan
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Ra’du: 28).
Inilah akhir dari pembahasan singkat dari materi yang sangat agung ini, yaitu tentang tauhid. Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah dan petunjuk-Nya kepada kita semua sehingga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang merealisasikan tauhid dalam setiap sisi kehidupan kita di dunia ini.
Disunting dari tulisan Ustaz dr.M.Saifudin Hakim, M.Sc., P.hd., dari tulisan beliau di https://muslim.or.id/44495-keistimewaan-dan-keutamaan-tauhid-bag-3.html. Dimurajaah oleh Ustaz Abu Umair B.A., S.Pd.I., M.Pd.